Tanaman Cabai (capsicum annuum L.) adalah tumbuhan perdu yang berkayu, dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Di indonesia tanaman tersebut dibudidayakan sebagai tanaman semusim pada lahan bekas sawah dan lahan kering atau tegalan. Namun demikian, syarat-syarat tumbuh tanaman cabai harus dipenuhi agar diperoleh tanaman yang baik dan hasil buah yang tinggi. Potensi hasil cabai merah sekitar 12-20 t/ha.
Untuk keberhasilan dalam usaha tani cabai merah selain diperlukan keterampilan dan modal yang cukup, juga banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti syarat tumbuh, pemilihan bibit, cara bercocok tanam, cara pengendalian OPT dan penanganan pasca panen. Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. tanaman ini dapat diusahakan di daratan rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400 m di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhan di dataran tinggi lebih lambat. Suhu udar yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai merah adalah 25-27 C pada siang hari dan 18-20 C pada malam hari (wein 1997).
Suhu malam dibawah 16 C dan suhu siang hari diatas 32 C dapat menggagalkan pembuahan, Suhu tinggi dan kelembaban udara yang rendah menyebabkan transpilasi berlebihan, sehingga tanaman kekurangan air. Akibatnya bunga dan buah muda akan gugur, Pembungan tanaman cabai tidak banyak dipengaruhi oleh panjang hari.
Curah hujan yang tinggi atau iklim yang basah tidak sesuai untuk pertumbuhan tananam cabai. Pada keadaan tersebut tanaman akan mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan, yang dapat menyebabkan bunga gugur dan buah membusuk. Curah hujan yang baik untuk tanaman cabai adalah sekitar 600-1200 mm per tahun.
Cahaya matahari sangat dibutuhkan sejak pertumbuhan bibit hingga tanaman berproduksi. Pada intensitas cahaya yang tinggi dalam waktuyang cukup lama, masa pembungaan cabai terjadi lebih cepat dan proses pematangan buah juga berlangsung lebih singkat.
Tanaman cabai dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, sal drainase dan aerasi tanah yang cukup baik, dan air cukup tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah yang ideal untuk penanaman cabai merah adalah tanah yang gempur, remah, mengandung cukup banyak organik (sekurang-kurangnya 1,5%), unsur hara dan air, serta bebas dari gulma. Tingkat kemasaman (Ph) tanah yang sesuai adalah 6-7.
Kelembaban tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab tetapi tidak becek) dan temperatur tanah antara 24-30 C sangat mendukung pertumbuhan tanaman cabai merah. Temperatur tanah yang rendah akan menghambat pengambilan ungsur hara oeh akar.
Walaupun cabai merah dapat ditanam hampir di semua jenis tanah dan tipe iklim yang berbeda. Tetapi menanamnya yang luas banyask dijumpai pada jenis tanah mediteran dan aluvial tipe iklim D3/E3 (0-5 bulan basah dan 4-6 bulan kering) (suwandi et al. 1995).
Lahan
Dalam usaha intensifikasi cabai merah yang menitik beratkan pada penggunaan pupuk perlu diketahui keadaan lahan atau tanah dimana cabai merah akan ditanam, yaitu jenis tanah, kemasan tanah, perbaikan fisik tanah, dan kebutuhan hara bagi tanaman.
Jenis Tanah
Secara umum, lahan di indonesia dibedakan menjadi kawasan yang beriklim bsah dan beriklim kering. Lahan didaerah yang beriklim basah didominasi oleh tanah masam akibat pencucian yang intensif, seperti podzolik merah-kuning, latosol, andisol, dan aluvial. Tanah-tanah tersebut umumnya miskin unsur hara dengan pH masam (kecuali tanah aluvial), dan rendah kadar bahan organiknya (kecuali tanah andisol), lahan di daerah yang beriklim kering didominasi oleh tanah alkalin dan glumosol seprti tanah mediteranan.
Secara umum tanah yang beriklim kering dari pada tanah beriklim basah, karna kandungan hara dan basa cukup tinggi, dengan pH netral. Namun kandungan bahan organik, hara S, hara mikro (Cu dan Zn) umumny rendah, lahan sawah hampir terdapat pada setiap jenis tanah, tetapi luas dan kondisinya tergantung pada ketersediaan hujan. Kebanyakan lahan sawah terdapat pada jenis tanah aluvial. Kendala kesuburan pada lahan sawah terutama kesediaan fosfat (P) , sementara unsur Ca, Mg dan K umumnyacukup tinggi (karama et al. 1996).
Berdasarkan luas areal penanamnya, lahan paling ocok untuk tanaman cabai merah di indonesia dijumpai pada jenis tnah mediteran dan aluvial dengan iklim D3/E3, yaitu 0-5 bulan basah dan 4-6 bulan kering (nurmalinda dan suwandi 1992).
Keasaman Tanah dan Pengapuran
Kemasaman (pH) tanah mempengaruhi ketersedian hara bagi tanaman. Pada pH netral (6,5-7,5) unsur-unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukupbanyak (optimal). Pada pH <6,0 ketersediaanhara P, K, Ca, S dan Mo menurun dengsn cepat . pada pH>8 ketersediaan hara n, Fe, Mn, Bo, dan Zn relatif sedikit.
Cabai merah mempunyai toleransi yang sedang terhadap kemasaman tanah, dan dapat tumbuh baik dalam kisaran pH tanah antara 5,5 – 6,8. Pada pH > 7,0 tanaman cabai merah sering kali menunjukan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dn daun menguning karena kekurangan hara besi (fe). Pada pH < 5,5 tanamn cabai merah juga akan tumbuh kerdil karena kekurangan Ca, Mg dan P atau keracunan Al dan Mn (knott 1962).
Pada tanah masam (pH <5,5) perlu dilakukan pengapuran dengan kaptan atau dolomit dengan dosis 1-2 ton/ha untuk meningkatkan pH tanah dan memperbaiki struktur tanah. Pengapuran dilakukan 3-4 minggu sebelum tanam, dengan cara menebarkan kapur secara merata pada permukaan tanah lalu kapur dantanh diaduk. Pada tanah masam disarnkan tidak menggunakan pupuk yang bersifat asam seperti Za dan Urea. Pupuk N yang paling baik untuk tanah masam adalah Calsium Amoniun Nitrate(CAN). Pupuk yang bersifat masam akan baik pengaruhnya bila digunakan pada tanah Alkalin.
Perbaiki Sifat Fisik Tanah
Tanah yang ideal terdiri atas tiga komponen, yaitu masa padatan, air dan udara, masaing-masing dengan volume sepertiga bagian.keadaan ini akan menjamin aerasi, daya tahan air, drainase, dan aktifitas biologi tanah yang cukup baik. Perbaikan sifat fisik tanah antara lain dapat dilakukan pengolahan tanah dn pemberian bahn organik. Bahan organik mempunyai sifat mengurangi kepadatan tanah berat (tanah liat) dan meningkatkan daya tahan airbagi tanah ringan (tanah pasir), tanah yang berpasir sekurang-kurangnya harus mengandung bahan organik 4% (C-organik 2%), dan untuk tanah liat diperkirakan harus mengandung bahan organik 2% (C-organik 1%).
Kebutuhan Unsur Hara
Lahan dengan kesuburan kimia yang kurang baik tidak merupakan faktor pembatas yang serius dalam budi daya cabai merah, karena penggunaan pupuk orgranik dan pupuk buatan relatif mudah. Hal yang tidaak menguntungkan adalah adanya pemberian pupuk yang berlebihan, dan tidak berimbang. Sering dijumpai petani yang memberikan pupuk secara berlebihan (terutama pupuk N) dengan maksud mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya, tetapi pada kenyataanya hsailnya tidaj selalu memuaskan. Penggunaan pupuk yang berlebihan aapat menjadikan tanaman rentang terhadap hama dan dan penyakit, serta dapat menurunkan kualitas tanah.
Untuk menghasilkan buah banyak 21 t/ha,tanaman cabaai merah harus menyerap unsur hara N sebanyak 70 kg/ha, P2o5 16 kg/ha, dan K2O 92 kg /ha (IFA world fertiliser use manual, 1992 cit. Sutarya et al. 1995). Bila efisiensi serapan N diperkirakan 60%, P 40% danK 70%, maka pupuk N yang perlu diberikan adalah 70 kg /0,6 = 117 kg, P2O5 adalah 16 kg/ 0,4= 40 kg, dan K2O adakah 92 kg/ 0,7 =131 kg per ha. Kebutuhan pupuk tersbut bervariasi tergantung pada jenis lahan, varietas, dan waktu tanam.
PERSIAPAN LAHAN
Pengolahan tanah ditujukan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma, sehingga akar-akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan leluasa (hilman dan suwandi 1992). Untuk keperluan tersebut diperlukan tindakan-tindakan pengoahan tanah yang terdiri atas pembajakan (pencangkulan tanah), pembersihan gulma dan sisa-sisa tanaman, perataan permukaan tanah, serta pembuatan bedengan dan garitan-garitan, persiapan lahan untuk lahan kering dan sawah diuraikan sebagai beikut :
Lahan Kering / Tegalan:
Lahan dicangkul sedalam 30-40 cm sampai gempur.
Dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, dan jarak antar bedengan 30 cm.
Dibuat garutan-garitan dan lubang-lubang tanam dengan jarak(50-60 cm) x (40-50 cm). Pada tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman.
Lahan Sawah:
Dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1,5 m dan antar bedengan dibuat parit sedalam 50 cm dan dan lebar 50 cm.
Tanah di atas bedengan di cangkul sampai gempur.
Di buat lubang-lubang tanam dengan jarak 50 x 40 cm.
Benih cabai merah disebar merata pada bedengan dan ditutup tipis dengan tanah halus, kemudian ditutupi lagi dengan daun pu\isang tau tripleks. Temperatur yang baik untuk perkecambahan benih cabai merah adalah 24-28 C (Tabel 2). Setelah benih berkecambah ±7-8 hari sejak semai, tutup daun pisang atau tripleks dibuka. Selanjutnya setelah terbentuk 2 helai daun ±12-14 hari sejak semai, bibit dipindahkn kedalam bumbungan daun pisang yan berisi media yang sama, yaitu canpuran tanah halus dan pupuk kandang steril (1:1), yang telah diberi inokulasi mikoriza (Glomus sp.) sebanyak 10 g per bibit.
Pembubungan bibit dapat mengurangi kerusakan akar an keterkejutan bibit bila dipindahkan ke lapangan. Bibit yang dibumbung dapat lebih cepat beradaptasi dan tidak mudah mati seteah dipindahkan ke lapangan dibandingkan dengan bibit yang tiak dibubumbug (sistem cabutan) (kusumaindrawati 1997; Vos 1995).
Aplikasi cendawan mikrodiza pada media persemian sangat bermanfaat, karna disamping dapat mempercepat laju pertumbuhan dan meningkatkan kesehatan tanaman di persemaian, juga dapat meningkatkan daya hidup dan pertumbuhan tanaman dilapangan.
Cendawan mikoruza tersebut bersimbiose dengan perakaran tanaman cabai membentuk hifa sebagai kepanjangan dari akar dan memegang peranan penting dalam penyerapan unsur hara, terutama unsur P, sebagai imbalanya jamur tersebut akan memperoleh hasil fotosintesis dari tanaman cabai merah (hidayat et al. 2003).
Penyiraman dilakukan secukupnya setiap pagi hari. Bila terlalu banyak air, bibit menjadi lemah dan peka terhadap jamur damping off. Setelah ibit tumbuh dengan baik , tanah harus tetap lembab. Oleh karna itu penyiraman harus terus dilakukan tetapi tidak terlalu sering. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari, supaya daun tnaman an permukaan tanah menjadi kering sebelum malam hari untuk mencegah terjadinya damping –off.
Temperatur optimum untuk pertumbuhan ibit sampai dipindah ke lapangan adalah 22-25 C. Penyiangan gulma dilakukan dengan tangan secra hati-hati tanpa mengganggu perakaran. Bila terlihat adanya serangan hama atau penyakit dilakukan eradiksi selektif, yaitu memusnahkan bibit yang terserang.
Sebelum bibit dipindahkan ke lapangan, sebaiknya dilakukan penguatan bibit (hardening) dengan jalan membuka atap persemaian supaya bibit menerima langsuns sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Selama penguatan, proses pertumbuhan bibit menjadi lebih lambattetapi jaringan menjadi lebih kuat. Penguatan bibit berlangsung ±7 hari (knott dan daenon 1970).
Bibit yang sehat dan siap dipindahkan ke lapangan adalah bibit yang berumur 3-4 minggu sejak dibumbung. pada umur tersebut bibit sudah membentuk 4-5 helai daun dengan tinggi bibit antara 5-10 cm (kusumaindrawati 1997; sunu 1998).
SISTEM TANAM
Sistem penanaman cabai merah bervariasi,tergantung pda jenis ketingian dan tempat. Pada lahan sawah betekstur berat (liat), sistem tanam 2-4 baris tanaman setiap bedengan lebih efisien. Pada lahan kering bertekstur sedang sampai ringan lebih cocok dengan sistem1 atau 2 baris tanaman setiap bedengan (double row) seperti yang biasa dilakukan di dataran medium dan dataran tinggi.
Cabai merah selain ditanam secara monokultur, juga dapat ditanam secara tumpanggilir/tumpangsari dengan tanaman lain. Di dataran rendah, cabai merah dapat ditanam secara tumpanggilir dengan bawang merah. Tanaman bawang merah ditanam dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm, satu bulan sebelum penanaman cabai merah.
Setelah bawang merah dipanen, dilakukan pengguludan tanaman cabai. Di dataran tinggi, cabai merah dapat ditumpangsarikan dengan 12 jenis tanaman, antara lain tanaman kubis dan tomat.
Penanaman tomat dan kubis dilakukan atu ulan setelah tanam cabai merah. Penanaman cabai merah secara tumpanggilir/tumpangsari dengan tanaman lain bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan mengurangi resiko kegagalan panen karna serangan hama dan penyakit (tabel 3).