Latar Belakang
Kebutuhan akan hasil pertanian komoditas hortikultura memilki pangsa pasar yang tinggi, kebutuhan akan produksi buah-buahan dan sayur-sayuran meningkat. Konsumen memiliki keinginan untuk mendapatkan produk yang bermutu tinggi, maka diperlukan fasilitas-fasilitas yang memadai untuk menjaga dan mencegah kerusakan dari produksi hortikultura tersebut. Jangka waktu penyimpanan mungkin hanya untuk sementara saja, untuk jangka pendek, atau untuk jangka panjang.
Buah-buahan merupakan salah satu hasil hortikultura yang memiliki konsumen yang banyak, hal itu berdasarkan pada kebutuhan akan vitamin, dan berbagai gizi yang terkandung pada buah. Produksi buah tidak selalu ada dan memerlukan perhatian dalam penyimpanannya agar memiliki umur simpan yang lama dan memiliki mutu yang mampu untuk dipertahankan dengan baik. Karena mutu sangat diperhatikan saat konsumen hendak membeli.
Mutu buah memiliki banyak karakter, seperti rasanya yang manis, asam, pahit, vitamin A,B,C, dan segala macam gizi yang terkandung dalam buah. Mutu buah dipengaruhi oleh lama atau waktu dalam penyimpanan, walau berpengaruh juga pada karakteristik buah. Buah biasanya mengandung banyak vitamin C yang memiliki manfaat yang besar. Buah banyak yang memiliki rasa manis yang memiliki kemampuan untuk menggantikan gula pasir yang biasa dikonsumsi. Akan tetapi tidak semua buah akan menghasilkan rasa yang manis, terdapat juga buah yang memiliki karakteristik rasa yang masam. Karakteristik buah tersebut akan berubah selama proses baik itu sebelum panen maupun pasca panen saat penyimpanan. Penting untuk mengetahui perubahan tersebut untuk menentukan perlakuan yang baik dalam penyimpanan, dan mempertahankan mutu dari buah.
(Pustaka Referensi Pertanian Terlengkap - http://referensipertanian.blogspot.com/)
Tinjauan Pustaka
Buah jeruk Siam merupakan buah jeruk yang biasa disimpan pada suhu kamar. Pada penyimapanan 15 hari kadar gula mulai menurun dibandingkan penyimpanan 5 dan 10 hari namun sama dengan kadar gula kontrol. Kadar vitamin C pada penyimapanan 5 hari tidak mengalami perubahan dibandingkan kontrol namun mulai terjadi penurunan pada penyimpanan 10 dan 15 hari (Helmiyesi et al. 2008).
Semakin lama penyimpanan cenderung menghasilkan total solube solid dan vitamin C semakin menurun. Kombinasi perlakuan konsentrasi gula dan lam penyimpanan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata tehadap nilai organoleptik, akan tetapi member pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap total solube solid, kadar vitamin C, dan total mikroba (Tampubolon 2006).
Vitamin C, atau dikenal sebagai konten asam askorbat buah bervariasi dengan jenis buah-buahan, paparan matahari dan kondisi pertumbuhan lainnya. Hal ini cenderung lebih tinggi dalam buah awal daripada di buah akhir. Stabilitas asam askorbat berkurang dengan peningkatan suhu dan pH. Penghancuran ini dengan oksidasi merupakan masalah serius dalam kuantitas besar isi vitamin C makanan hilang selama pengolahan, penyimpanan dan persiapan. Asam askorbat menurun secara bertahap selama penyimpanan terutama pada suhu di atas 0oC. Berbagai cara yang kita mengelola buah atau sayuran berdaun mengandung asam askorbat mengurangi retensi asam askorbat mereka, misalnya, memar, mengupas, memotong potongan dan paparan penurunan retensi asam askorbat udara (Oyetade et.al 2012).
Salah satu fungsi vitamin C adalah sebagai antioksidan. Beberapa zat dalam makanan, didalam tubuh dihancurkan atau dirusak jika mengalami oksidasi. Sering kali, zat tersebut dihindari dari oksidasi dengan menambahkan antioksidan. Suatu antioksidan adalah zat yang dapat melindungi zat lain dari oksidasi dimana dirinya sendiri yang teroksidasi. Vitamin C, karena memiliki daya antioksidan, sering ditambahkan pada makanan untuk mencegah perubahan oksidatif. Buah yang masih mentah mengandung vitamin C yang cukup banyak sehingga semakin tua buah maka semakin berkurang kandungan vitamin C-nya. Vitamin C juga disebut asam askorbat dapat disintesis dari D-glukosa atau D-galaktosa merupakan gula heksosa (Winarno 1997).
(Pustaka Referensi Pertanian Terlengkap - http://referensipertanian.blogspot.com/)
Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Penyimpanan Bebuah Utuh. http://anynuraisyahtin46.blogspot.com/. Diakses 10 November 2012.
Budiman Suprihatin dan Desi Saraswati. 2002. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Yogyakarta : penebar Swadaya.
Helmiyesi, Rini Budi Hastuti, Erma Prihastanti. 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan Vitamin C pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa ). Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XVI, Nomor 2.
Istikomah. 2001. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kadar asam sitrat pada buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle). http://library.um.ac.id/. Diakses pada tanggal 10 November 2013.
Oyetade, O.A., Oyeleke, G.O., Adegoke, B.M. and Akintunde, A.O.2012. Stability Studies on Ascorbic Acid (Vitamin C) From Different Sources. Journal of Applied Chemistry (IOSR-JAC) Volume 2, Issue 4 PP 20-24
Retno. 2010. Penanganan Panen dan Pasca Panen Buah. http://budidayaukm.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 10 Mei 2013.
Savaryani, Nurhayati, Sri Haryanti, Endah Dwi Hastuti. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli (Brassica oleracea L). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No.2, Oktober 2007
Tampubolon Sanggam Dera Rosa. 2006. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Lama Penyimpanan terhadap Mutu Manisan Cabai Merah. Jurnal penelitian Bidang Ilmu Pertanian vol 4 no 1.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
(Pustaka Referensi Pertanian Terlengkap - http://referensipertanian.blogspot.com/)