Latar Belakang Pelilinan pada Buah
Buah-buahan apabila setelah dipanen tidak ditangani dengan baik, akan mengalami perubahan akibat pengaruh fisiologis, fisik, kimiawi, parasitik atau mikrobiologis, dimana ada yang menguntungkan dan sangat merugikan bila tidak dapat dikendalikan yaitu timbulnya kerusakan atau kebusukan. hal ini akan mengakibatkan tidak dapat dimanfaatkan lagi, sehingga merupakan suatu kehilangan. Buah yang ada di Indonesia memiliki berbagai karakteristik, akan tetapi pada dasarnya semua produk hortikultura termasuk didalamnya adalah buah memiliki karakter yang mudah rusak (perishable). Karakter buah ini yang menyulitkan dalam pemasaran, dikarenakan dengan mudah rusaknya komoditas maka mutu akan mudah menurun hingga mengakibatkan penurunan harga dan mengalami kerugian.
Pengelolaan pasca panen perlu dilakukan untuk menjaga produk agar mutunya tetap baik sampai ditangan konsumen. Ada berbagai cara dalam pengelolaan paska panen, seperti pengemasan, penyimpanan pada suhu rendah, pengalengan dan pelilinan. Pelilinan merupakan usaha untuk menjaga agar komoditi lebih lama umur simpanya dengan mengoleskan atau melapisi permukaan buah dengan lilin. Hal itu dilakukan dengan maksud untuk menjaga kualitas dan mutu serta umur simpan buah sama dengan tujuan pengelolaan lainnya. Hingga akan sangat membantu dalam proses penjualan hasil pertanian hotikutura terutama buah.
(Pustaka Referensi Pertanian Terlengkap - http://referensipertanian.blogspot.com/)
Tinjauan Pustaka Pelilinan pada Buah
Penyimpanan dengan cara pelapisan lilin betujuan untuk menutupi pori-pori kulit buah sehingga dapat menghambat/ menekan laju proses respirasi dan transpirasi yang terjadi pada buah. Buah pisang yang hendak disimpan diberi lapisan lilin dengan cara dicelupkan kedalam larutan lilin. Tebal tipisnya lapisan lilin berpengaruh terhadap daya simpan buah pisang.pelapisan yang terlalu tebal akan menyebabkan buah menjadi cepat rusak karena seluruh pori-pori kulit buah tertutup sehingga menjadi respirasi anaerob yang menyebabkan kerusakan (Cahyono 2009).
Pelilinan selain untuk memperbaiki penampilan kulit buah, pelilinan bertujuan untuk memperpanjang daya simpan, mencegah susut bobot buah, menutup luka atau goresan kecil, mencegah timbulnya jamur, mencegah busuk dan mempertahankan warna. Lilin (wax) yang digunakan untuk pelapisan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: tidak mempengaruhi bau dan rasa buah, cepat kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak mengandung racun, harga murah dan mudah diperoleh. Biasanya, buah tersebut dilapisi dengan sejenis lilin ini akan menghambat penguapan saat proses pembusukan buah. Lapisan lilin biasanya ditemui pada buah impor seperti jeruk, apel, pear, mangga (Anis 2009).
Perawatan lilin menunjukkan lilin yang melambat pelunakan buah proses serta degradasi pektin. Pengobatan lilin secara signifikan dapat menurunkan intern pencoklatan dan gejala sifat tepung daging nanas buah-buahan. Perawatan dengan lilin juga menghasilkan perubahan dalam penurunan berat badan. Penurunan berat badan Buah terutama terkait dengan respirasi dan penguapan kelembaban melalui kulit. Lilin bertindak sebagai hambatan, sehingga membatasi perpindahan air dan melindungi kulit buah dari luka pada kulit (Hu et.al 2011).
Produk buah-buhan dan sayur-sayuran sesudah dipanen mengalami proses hidup meliputi perubahan fisiologis, enzimatis, dan kimiawi. Perubahan fisiologis yang dapat mempengaruhi sifat dan kualitas produk setelah dipanen adalah fotosintesa, respirasi, tranpirasi dan proses menuanya produk setelah dipanen. Proses-proses tersebut menyebabkan perubahan-perubahan kandungan berbagai macam zat dalam produk, ditandai dengan perubahan warna, tekstur, rasa dan bau (Helmiyesi et.al 2008).
Mutu produk pangan akan mengalami perubahan (penurunan) selama proses penyimpanan. Umur simpan produk pangan dapat diperpanjang apabila diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi masa simpan produk. Upaya memperpanjang masa simpan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu meningkatkan nilai mutu dan memperlambat laju penurunan mutu. Pengolahan produk pangan, selain dapat memperpanjang umur simpan juga mempengaruhi komponen yang terkandung dalam produk pangan tersebut. Beberapa proses penanganan produk pangan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan mutu adalah perlakuan panas tinggi, pembekuan, pengemasan, pencampuran, serta pemompaan (Herawati 2008).
Waxing atau pelilinan biasanya dilakukan untuk memperpanjang daya simpan buah-buahan. Dalam pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit buah tidak tertutup rapat, sehingga terjadinya metabolisme anaerobik dalam buah dapat dicegah. Jenis lilin yang digunakan adalah emuki lilin-air, yang dalam penggunaan biasanya dicampur dengan fungisida untuk mencegah pembusukan pada buah. Selain dapat memperpanjang masa simpan buah, penggunaan lilin juga akan menambah kilap permukaan buah, sehingga penampakan buah akan lebih baik. Aplikasi pelilinan pada buah-buahan dapat dengan cara pencelupan, penyemprotan dan pembusaan (Direktur budidaya dan pascapanen buah 2010).
Tujuan utama pelilinan adalah untuk memperbaiki penampilan buah jeruk agar lebih menarik, sekaligus dapat memperpanjang daya simpan. Buah hasil pelilinan akan lebih berkilap, kelayuan dan keriputpada kulit juga dihambat. Pelilinan juga dapat berfungsi untuk mengurangi susut bobot, menutupi luka atau goresan kecil pada permukaan buah, mencegah timbulnya jamur, busuk dan perubahan warna buah, karena dalam aplikasinya pelilinan sering dibarengi dengan pemberian fungisida, bakterisida atau zat pengatur tumbuh (Pangestuti dan Sugiyatno 2004).
(Pustaka Referensi Pertanian Terlengkap - http://referensipertanian.blogspot.com/)
Pelilinan dapat mencegah kehilangan air 30 – 50 % dari kondisi umum. Tebal lapisan lilin harus seoptimal mungkin. Jika lapisan terlalu tipis maka usaha dalam menghambatkan respirasi dan transpirasi kurang efektif. Dengan konsentrasi lilin yang semakin tinggi menutupi permukaan buah maka kehilangan air akibat transpirasi dapat dicegah sehingga persentase susut bobot kecil. Semakin tinggi konsentrasi lilin mengakibatkan semakin kecilnya rongga udara sehingga proses respirasi dan oksidasi semakin lambat dan proses degradasi klorofil terhambat, dengan demikian perubahan warna buah semakin lambat (Andi 2013).
(Pustaka Referensi Pertanian Terlengkap - http://referensipertanian.blogspot.com/)
Daftar Pustaka
Anis, 2009. Pelilinan Wax pada Buah-buahan. http://iwanmalik.wordpress.com. Diakses pada 3 November 2013.
Andi, 2013. Proses Pelilinan pada Komoditas Hortikultura. http://emmynovia.blogspot.com. Diakses pada tanggal 3 November 2013.
Cahyono, Bambang, 2009. Pisang. Yogyakarta : Kanisius
Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah, 2010. Pedoman Penanganan Pasca Panen Buah Terna dan Merambat. Bogor : Direktorat Jendral Hortikultura.
Helmiyesi, Rini Budi Hastuti, dan Erma Prihastanti, 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan Vitamin C pada Buah Jeruk Siam ( Citrus nobilis var. microcarpa ). Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XVI.
Herawati Heny, 2008. Penentuan Umur Simpan pada Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 27(4), 2008
Hu1 Huigang, Xueping Li1, Chen Dong dan Weixin Chen, 2011. Effects of wax treatment on quality and postharvest physiology of pineapple fruit in cold storage. African Journal of Biotechnology Vol. 10(39).
Pangestuti R dan A Sugiyatno, 2004. Pelilinan pada Buah Jeruk (Waxing). Batu : Citrusindo volume 1.